Di
sebuah desa yang sama, tinggal Abdul, Ali, dan Karim. Abdul adalah
seorang tukang batu, dia juga punya kebiasaan buruk yaitu
bermabuk-mabukan dan tidur dengan wanita-wanita tuna susila.
Ali adalah seorang petani. Dia adalah
seorang pekerja keras dan cukup taat dengan agama. Dia bekerja mengelola
sawah dan ladangnya dari pagi hingga sore. Pada saat panen, tak lupa ia
menyisihkan sepersepuluh hasil ladangnya untuk orang-orang tidak mampu.

Pada suatu hari, nasib yang cukup aneh
menimpa mereka. Mereka bertiga terjangkit penyakit lepra. Karena sudah
peraturan adat, mereka bertiga harus segera diasingkan dari desa
tersebut. Penduduk kawatir mereka akan menyebarkan penyakit mengerikan
itu. Sebuah gubug kecil pun dibuatkan oleh warga di pinggiran desa, dan
mereka bertiga tinggal disana.
Suatu malam, mereka bertiga mendapatkan
mimpi sama. Di dalam mimpi itu mereka mendengar Tuhan berkata,
“Berdoalah, maka kalian akan sembuh.” Mereka pun segera melaksanakan apa
yang dikatakan oleh mimpi tersebut. Setiap pagi dan malam mereka selalu
berdoa meminta kesembuhan.
Setelah tiga hari, Abdul si pemabuk itu
akhirnya sembuh. Dia segera pulang ke desa dan merasa sangat yakin bahwa
Tuhan lebih menyayanginya dari pada dua orang yang lain itu.
Setelah tiga bulan, Ali si petani juga
sembuh. Dia juga segera pulang ke desa dan terheran-heran mengapa Tuhan
lebih sayang kepadanya dari pada si Karim yang notabene seorang Imam.
“Reputasi suci imam itu pasti palsu !” gumamnya pada dirinya sendiri.
Petani tersebut juga masih bertanya-tanya kenapa si pemabuk malah sembuh
lebih dulu.
Tahun demi tahun pun berlalu. Karim si
Imam tidak lelah berdoa kepada Tuhan untuk meminta kesembuhan, namun
kesembuhan itu tak kunjung tiba. Tak ada lagi orang-orang yang datang
menjenguknya. Bahkan wajah dan tubuhnya sekarang sudah berubah menjadi
mengerikan.
Pada suatu malam, si Imam tersebut
akhirnya bermimpi lagi. Ia bermimpi mendengar suara Tuhan
berkata,”Karim, aku tahu hatimu terusik dengan peristiwa ini, engkau
tentu ingin tahu kenapa si pemabuk dan si petani itu kubiarkan sembuh
terlebih dulu.”
Tuhan melanjutkan,
“Aku menjawab doa Abdul si pemabuk
dengan cepat karena imannya. Percaya kepada-Ku selama tiga hari adalah
seluruh Imannya. Jika Aku menundanya, mungkin dia akan putus asa lalu
bunuh diri. Untuk si petani, aku menunda kesembuhannya selama tiga
bulan, karena dia memiliki kepercayaan yang lebih besar kepada-Ku.
Tetapi setelah tiga bulan, maka keyakinannya akan hilang dan dia bisa
bertindak nekat juga.. Apakah engkau bisa mengerti ?”
Tuhan kembali melanjutkan,
“Karena engkau adalah imam-Ku yang
setia, aku tidak bisa mengabaikan doamu. Engkau adalah teman-Ku dan
engkau sangat memahami hati-Ku. Buktinya, semakin lama Aku menunda
kesembuhanmu, keyakinanmu padaku malah semakin dalam. Bahkan sekarang
engkau sudah tidak peduli lagi apakah engkau akan sembuh atau mati,
engkau hanya ingin berdoa pada-Ku. Engkau tetap beriman pada-Ku tanpa
peduli apapun yang terjadi padamu. Aku telah menjadi segala-galanya
bagimu.”
Besok paginya, Imam itu terbangun dan ia
telah sembuh dari penyakit lepranya. Dan untuk pertama kalinya dia
menyesali kesembuhannya.
0 comments:
Post a Comment