Shiciri
Kojun adalah seorang perajin tenun sutra. kata orang, ia bukan hanya
sebagai seorang pengrajin kain – tetapi lebih dari pada itu, ia adalah
seniman kain. Motif-motif kain sutra rajutannya sangat indah, sehingga
tidak heran jika ia menjadi sangat terkenal karena karya-karyanya.
Pada suatu senja, saat Shiciri Kojun
sedang merajut sutra, datanglah seorang perampok memasuki rumahnya.
Perampok itu membawa sebilah pedang, yang langsung ditempelkannya ke
leher Shiciri Kojun.. “Serahkan semua uangmu !” kata perampok itu.

Ketika perampok itu sedang memasukkan
uang-uang itu di tasnya, tiba-tiba Shiciri berkata, “Jangan ambil
semuanya, saya masih butuh seperempat dari uang itu untuk membayar pajak
besok pagi.”
Entah mengapa, perampok itu menuruti
kata-kata Shiciri. Ia pun hanya mengambil tiga per empat uang di laci
itu. Setelah memastikan uang-uang tersebut telah tertata di tasnya,
perampok itu segera berjalan menuju pintu keluar.
Saat perampok itu hampir sampai di
pintu, tiba-tiba Shiciri berkata dengan lembut, “Berterima kasihlah
setelah engkau menerima hadiah”. Dengan setengah bingung, perampok itu
lalu mengucapkan “Terima kasih” lalu pergi meninggalkan rumah Shiciri.
Beberapa hari kemudian terdengar kabar
bahwa perampok itu telah tertangkap. Setelah melalui berbagai proses,
perampok itu mengakui segala perbuatannya, termasuk menyebutkan
siapa-siapa saja yang pernah dirampok olehnya.
Sidang pengadilan pun digelar. Seluruh
korban perampokan dipanggil oleh hakim satu per satu untuk menceritakan
proses perampokannya. Kebanyakan dari mereka menghujat dan mencaci maki
perampok itu dengan penuh dendam.
Beberapa saat kemudian, Shiciri pun juga
dipanggil oleh sang hakim untuk memberi kesaksian tentang proses
perampokan yang menimpanya beberapa hari lalu.
Dan Shiciri pun berkata, “Laki-laki ini
bukan perampok, saya memang pernah memberinya banyak uang – sesuai
dengan permintaannya, tapi saya tidak pernah merasa dipaksa oleh dia”
Shiciri lalu melanjutkan kata-katanya, ”
Bahkan setahu saya, ia adalah orang yang cukup sopan, ia tidak lupa
mengucapkan ‘terima kasih’ saat keluar dari rumah saya.”
beberapa tahun kemudian, saat perampok
itu telah dibebaskan dari hukumannya. mantan perampok itu segera pergi
menemui Shiciri, dan meminta Shiciri untuk menjadi gurunya. Tetapi,
seumur hidup – Shiciri tidak pernah menganggap dirinya sendiri sebagai
guru, karena ia memang belum pernah menjadi guru.
Karena bingung tentang apa yang harus
diajarkan kepada mantan perampok itu, akhirnya Shiciri hanya
mengajarinya tentang teknik-teknik membuat tenunan sutra. Dan perampok
itu pun menuruti ajaran Shiciri – dan menjadi murid yang setia - hingga
akhir hayat Shiciri.
0 comments:
Post a Comment