Suatu
hari seorang anak muda bertanya kepada gurunya. “Sentaku, ceritakan
padaku tentang perpisahan.” Mendengar pertanyaan itu Sentaku tersenyum.
Setelah duduk, meletakkan tongkatnya dan menghela nafas, dengan
bijaksana Sentaku mulai bercerita.

Tidak perlu benci, tidak perlu dendam,
tidak perlu pembalasan. Seperti air yang selalu mengalir ke bawah,
perpisahan adalah alami. Meninggalkan dan ditinggalkan selalu menjadi
bagian hidup anak manusia. Sebab, kelak setiap orang pasti akan meninggalkanmu.. atau justru kamu yang akan meninggalkan mereka.
Tidak ada kebersamaan yang abadi, bumi
selalu berputar, pagi selalu hadir sebagai titik pisah antara malam dan
siang. Seperti anak panah yang melesat dari busurnya, anak panah itu
akan berlari menuju sasaran, dan busur pun kembali siap menjadi pelontar
bagi yang lain. Itulah proses, itulah roda, itulah waktu.
Perpisahan pasti berbekas. Setiap keratan
dan sayatannya adalah hasil dari pisau-pisau tajam kehidupan yang
mengukir lembut setiap jengkal tubuhmu. Terima dan resapi itu, kelak
karena perpisahan engkau akan menjumpai bahwa setiap helai hatimu telah
menjadi lebih indah dari sebelumnya. Bukankah benang sari harus
meninggalkan tangkainya – lalu memeluk erat putik bunga – untuk menjadi
buah?”
Setelah beberapa waktu meresapi kata-kata
gurunya, aura cerah memancar dari wajah anak muda itu. Ia pun undur
diri dan mulai melangkah melanjutkan hidupnya.
0 comments:
Post a Comment