Cerpen inspiratif kali ini berbicara tentang tikus..
Pada suatu hari, seekor tikus sedang mencari makan. Seperti biasa, dia
menyelinap masuk ke dalam gudang. Saat sibuk meraba-raba gudang yang
gelap, tikus menemukan sebongkah keju yang sangat besar. Tapi sayang,
ternyata keju tersebut melekat pada sebuah jebakan tikus. Sebuah
perangkap yang mampu menghancurkan tubuhnya dalam satu detik saja.
Merasa cemas dengan adanya jebakan itu, tikus lalu menemui ayam.
“Hei, di gudang ada jebakan tikus! berhati-hatilah saat memasuki gudang!” seru tikus.
“Saya tahu kalau ini adalah masalah besar bagi kamu.” Jawab ayam, “Tetapi maaf, itu bukan urusanku. Aku tidak terganggu dengan jebakan itu.”
“Hei, di gudang ada jebakan tikus! berhati-hatilah saat memasuki gudang!” seru tikus.
“Saya tahu kalau ini adalah masalah besar bagi kamu.” Jawab ayam, “Tetapi maaf, itu bukan urusanku. Aku tidak terganggu dengan jebakan itu.”
Tidak puas dengan jawaban ayam, tikus
kemudian menemui kambing. “Maaf, ya!” Kambing itu berkata, “Saya tidak
bisa berbuat banyak. Sebaiknya kau berdoa saja agar keju itu lepas dari
jebakannya.” kata si kambing.
Tikus pun merasa sangat kesal dengan
jawaban kambing. Ia kemudian menemui sapi untuk memberinya peringatan.
Lagi-lagi tikus mendapat jawaban yang sama, “Maaf, ya.” kata sapi sambil
tertawa, “Jebakan sekecil itu tidak berarti apa-apa bagi tubuhku yang
sebesar ini. Saya tidak merasa terganggu dengan adanya jebakan itu.”
Karena bosan tidak diperhatikan, kemudian tikus meninggalkan gudang dan mencari makan di tempat lain.
—————
Saat tengah malam, tiba-tiba terdengar
suara yang sangat keras. “Praaaaaak…” Jebakan tikus itu sepertinya telah
menemukan mangsanya. Mendengar suara ini, istri sang petani langsung
terbangun dan berlari ke gudang. Tetapi karena gelap, istri petani
tersebut tidak menyadari bahwa yang tertangkap di jebakan tersebut
adalah seekor ular berbisa. Ular itu lalu menggigitnya. Istri petani pun
menjerit-jerit kesakitan.
Melihat keributan itu sang petani segera
berlari menuju dapur. Ia menemui istrinya sudah pingsan tergigit ular.
Kemudian ia membawa istrinya untuk berobat.
Esok paginya, tubuh si istri masih demam. Maka petani itu memutuskan untuk menyembelih si ayam untuk dibuat sup kesukaan istrinya.
Selama istrinya sakit berhari-hari,
banyak sekali tetangga yang menungguinya. Petani itu lalu menyembelih
kambingnya. Daging kambing tersebut kemudian dibuat sate untuk hidangan
bagi para tamu.
Setelah lebih dari seminggu sakit, sang
istri akhirnya meninggal dunia. Banyak sekali orang yang hadir di
pemakamannya. Akhirnya sang petani memutuskan untuk menyembelih
satu-satunya sapi miliknya. Daging sapi itu dibuat berbagai masakan
sebagai hidangan bagi para tamu yang telah hadir di pemakaman istrinya.
0 comments:
Post a Comment